Search This Blog

Saturday, March 29, 2008

Aku tak Cinta

Cassie menunggu dengan antusias. Kaki kecilnya bolak-balik melangkah dari ruang tamu ke pintu depan. Diliriknya jalan raya depan rumah. Belum ada. Cassie masuk lagi. Keluar lagi. Belum ada. Masuk lagi. Keluar lagi. Begitu terus selama hampir satu jam. Suara si Mbok yang menyuruhnya berulang kali untuk makan duluan tidak digubrisnya. Pukul 18.30. Tinnn........... Tiiiinnnnn.............. !! Cassie kecil melompat girang! Mama pulang! Papa pulang! Dilihatnya dua orang yang sangat dicintainya itu masuk ke rumah.

Yang satu langsung menuju ke kamar mandi. Yang satu menghempaskan diri di sofa sambil mengurut-urut kepala. Wajah-wajah yang letih sehabis bekerja seharian, mencari nafkah bagi keluarga. Bagi si kecil Cassie juga yang tentunya belum mengerti banyak. Di otaknya yang kecil, Cassie cuma tahu, ia kangen Mama dan Papa, dan ia girang Mama dan Papa pulang.

"Mama, mama.... Mama, mama...." Cassie menggerak-gerakkan tangan Mama. Mama diam saja. Dengan cemas Cassie bertanya, "Mama sakit ya? Mananya yang sakit? Mam, mana yang sakit?" Mama tidak menjawab. Hanya mengernyitkan alis sambil memejamkan mata. Cassie makin gencar bertanya, "Mama, mama... mana yang sakit? Cassie ambilin obat ya? Ya? Ya?"

Tiba-tiba...
"Cassie!! Kepala mama lagi pusing! Kamu jangan berisik!" Mama membentak dengan suara tinggi. Kaget, Cassie mundur perlahan. Matanya menyipit. Kaki kecilnya gemetar. Bingung. Cassie salah apa?

Cassie sayang Mama... Cassie salah apa? Takut-takut, Cassie menyingkir ke sudut ruangan. Mengamati Mama dari jauh, yang kembali mengurut-ngurut kepalanya. Otak kecil Cassie terus bertanya-tanya: Mama, Cassie salah apa? Mama tidak suka dekat-dekat Cassie? Cassie mengganggu Mama? Cassie tidak boleh sayang Mama?

Berbagai peristiwa sejenis terjadi. Dan otak kecil Cassie merekam semuanya.

Maka tahun-tahun berlalu. Cassie tidak lagi kecil. Cassie bertambah tinggi. Cassie remaja. Cassie mulai beranjak menuju dewasa. TIN TIIIN ! Mama pulang. Papa pulang. Cassie menurunkan kaki dari meja. Mematikan TV. Buru-buru naik ke atas, ke kamarnya, dan mengunci pintu. Menghilang dari pandangan. "Cassie mana?". "Sudah makan duluan, Tuan, Nyonya."

Malam itu mereka kembali hanya makan berdua. Dalam kesunyian berpikir dengan hati terluka: Mengapa anakku sendiri, yang kubesarkan dengan susah payah, dengan kerja keras, nampaknya tidak suka menghabiskan waktu bersama-sama denganku? Apa salahku? Apa dosaku? Ah, anak jaman sekarang memang tidak tahu hormat sama orangtua! Tidak seperti jaman dulu.

Di atas, Cassie mengamati dua orang yang paling dicintainya dalam diam. Dari jauh. Dari tempat dimana ia tidak akan terluka.

Mama, Papa, katakan padaku, bagaimana caranya memeluk seekor landak?

*Disadur dari "Tulang Rusuk", oleh Michael, diadaptasi oleh Ev. Sugeng Wiguno*

Tuesday, March 18, 2008

Pelajaran dari Seekor Gajah

Beberapa bulan yang lalu kami sekeluarga berlibur ke provinsi Lampung, bersama isteri serta anak-anak sekedar untuk melihat dan mencoba menunggang gajah-gajah di sana. Menyaksikan mahluk terbesar yang ada di muka bumi ini merupakan hal yang sangat mengagumkan. Gajah adalah hewan mamalia yang lembut juga sangat kuat tenaganya. Seekor gajah jantan memiliki kekuatan dan mampu untuk menumbangkan sebuah pohon dan mengangkat batang kayu gelondongan hanya dengan menggunakan belalainya.

Satu hal yang mengejutkan adalah tidak adanya kandang untuk gajah. Mungkin kita dapat mengurung singa, beruang dan harimau tapi tidak pernah ada kandang untuk gajah. Mengapa bisa begini? Bagaimana cara menghalau mahluk yang sangat kuat ini dari niatan melarikan diri. Yang mereka lakukan hanya mengikatkan seutas tali (atau rantai tipis) ke kaki gajah dan mengikatnya ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah. Sekali kakinya sudah terikat, maka ia tidak akan mencoba melarikan diri lagi. Sekarang, apakah Anda pikir gajah tersebut tidak mampu menghancurkan rantai atau tali tersebut bila dia mau? tentu saja bisa dan mampu, bahkan bisa menumbangkan sebuah pohon.

Tapi mengapa dia tidak memutuskan tali tipis yang melingkar di kakinya?
Jawaban yang saya dapatkan dari para pawang gajah adalah dengan membiarkan gajah-gajah tersebut percaya bahwa dia tak bisa memutuskan tali tersebut. Keadaan ini berlangsung sejak kecil. Ketika seekor bayi gajah lahir dan masih terlalu lemah untuk berjalan bahkan berdiri, mereka (para pawang) mengikat kaki gajah kecil itu ke sebuah batang yang ditancapkan ke tanah. Dan dapat dipastikan ketika bayi gajah tersebut mencoba berlari menuju induknya, ia tidak dapat memutuskan tali tersebut.

Ketika ingin melarikan diri, tali itu akan menggenggam kaki gajah dan dia akan jatuh di atas tanah. Tidak jera, sang gajah akan berdiri dan mencoba kembali. Dia akan berlari menuju induknya hanya untuk mendapatkan kaki yang terikat dan badan yang terentak ke tanah. Setelah mengalami kesakitan yang berulang-ulang, suatu ketika, sang gajah tidak akan berusaha menarik rantai lagi. pada saat itu terjadi, para pawang tahu bahwa gajah tersebut telah terkondisi untuk terperangkap sepanjang hidupnya.

Saya benar-benar tertarik sekali dengan cerita sang pawang gajah, dan ketika saya menyaksikan bagaimana mahluk kuat ini diamankan hanya dengan rantai tipis yang seharusnya dengan mudahnya dapat diputuskan oleh sang gajah.

Analogi cerita di atas adalah saya menyaksikan, bagaimana orang-orang yang saya temui tiap hari mengalami keterperangkapan yang sama dengan keterbatasan keyakinan mereka dan kebiasaan yang dengan mudah dapat diubah namun tidak mereka lakukan. Sebagai manusia, kita sama seperti gajah dengan berbagai macam potensi untuk mendapatkan mimpi apapun yang kita inginkan, dari menjadi seorang jutawan sampai menjadi orang yang dapat membuat perbedaan di dunia. Namun, cukup banyak orang yang dengan kemampuannya tidak berani mengambil tindakan karena mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukannya. Mereka kawatir bahwa yang mereka lakukan akan gagal total.

Bisa jadi sewaktu muda, mereka gagal dan jatuh berkali-kali sama seperti bayi gajah tersebut. Mungkin sewaktu mereka muda, orang tua mereka mengatakan mereka malas dan bodoh. Mungkin teman-teman mereka menjuluki mereka si pandir. Mungkin guru mereka pernah mengatakan mereka tidak dapat melakukan apa-apa. Sebagai hasil dari keadaan masa lalu, orang-orang akan berpikir bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun.

Sama seperti gajah tersebut, mereka berpikir bila aku tidak bisa melakukannya di masa lalu bagaimana bisa aku melakukannya sekarang? Di masa lalu aku seorang yang pemalas, jadi bagaimana bisa aku menjadi orang pekerja keras. Di masa lalu aku tidak percaya diri, bagaimana aku bisa prcaya diri sekarang. Di masa lalu aku seorang yang menangkap pelajaran dengan lambat, sekarang bagaimana aku bisa menangkap pelajaran dengan cepat. Di masa lalu aku tidak bisa berbicara dengan baik, bagaimana aku bisa sekarang?

Apa yang tidak dilihat oleh orang-orang ini adalah bahwa masa lalu tidak sama dengan masa depan. Mereka tidak menyadari sama seperti gajah tersebut, mereka bukan orang yang sama lagi. Sang gajah tidak menyadari di masa lalu dia tidak memiliki kekuatan seperti yang ia miliki sekarang. Saya ingin Anda tahu bahwa tiap hari anda akan bangun menjadi orang yang berbeda. Orang yang semakin bertambah ilmu, pengalaman dan orang yang bijaksana. Tahukah Anda bahwa jutaan sel di tubuh kita mati setiap hari dan digantikan dengan yang baru.

Bila Anda telah membiarkan keyakinan dan kebiasaan yang lama merantai diri anda, bukankah sudah saatnya menggunakan tenaga anda sekarang untuk melepaskan diri dari penjara ketidakmampuan dan melangkah menuju kebebasan, sukses dan kemapanan yang memang berhak kita dapatkan.

Tuesday, March 11, 2008

Persahabatan

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan- dikecewakan, didengar- diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain,tetapi justru ia beriinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal seringkali menjadi penghancur persahabatan antara lain:
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidak setiaan.

Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.

Renungkan:
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

"Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita." - Anonim -

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.