Search This Blog

Thursday, April 24, 2008

Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya.

Anak wanita itu berguman : "Aku tidak mengerti."

Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki."
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya :"Ibu mengapa wajah Ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?"

Ibunya menjawab: "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."
Hanya itu jawaban Sang Bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali.

Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, AKU membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. "

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. "

"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. "

"Kuberikan Keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu dia ingat, adalah di saat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya."

"Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun di setiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. "

"Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, di dalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya.

Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.

Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia & BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. "

"Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggungjawab penuh sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah Amanah di Dunia & Akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh.

Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayanya.

" AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH."

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah...

Thursday, April 10, 2008

Mengapa semakin tidak ramah?

Pren, pernah merasa hampir gila gak selama tinggal di Jakarta.. Sabtu lalu, hal ini aku alami saat berbelanja di pasar tanah abang bersama anak dan suami. Wiken yang harusnya ku lalui dengan ceria setelah penat dengan rutinitas rumah, menjadi sebuah mimpi buruk. Sepulang dari pasar yang bangunannya sudah modern itu, mendadak aku jadi bisu, lemas, pokoknya shock berat…

Aku tidak mengerti apakah yang aku alami ini merupakan sebuah kelaziman yang harus dimaklumi… Tapi dari titik nadir yang paling dalam, aku berteriak, ini tidak benar.. ini adalah ketimpangan, ini adalah perubahan sosial yang sangat menyakitkan.

Dua kali aku menunggu lift, dua kali aku urung masuk, karena langsung diserobot oleh orang-orang yang begitu kesetanan berebut hendak masuk. Padahal jelas-jelas aku n keluarga tiba lebih awal di depan pintu lift dan menunggu dengan sabar. Mereka juga tidak memandang dan peduli kondisi kehamilanku dengan perut besar serta membawa anak kecil. Padahal yang menggunakan lift juga ibu2, tapi mereka tidak peduli.. Yang lebih miris lagi, lantai itu merupakan lantai masjid. Jadi bisa dbilang yang nunggu lift adalah orang-orang yang baru beribadah di masjid... Kalah bersaing dengan yang berebutan, aku memakai escalator dari lantai paling atas (lt 12) menuju lt 3.

Makan di food courtnya, aku juga diserobot 2 kali saat membeli kartu belanja dan saat menguangkannya kembali. Tapi untuk yang satu ini aku yang paling anti diserobot langsung protes..

Saat pulang, waktu itu pukul 4 sore yang merupakan waktu tutup pasar, parkiran sangat macet, mobil berjalan merayap. Tiba2 dari arah kanan, mobil sedan hitam nerobos tanpa bersalah mencoba mengambil tempat lebih dulu di depan mobil kita..Dia memang berhasil menerobos, tapi sejak itu tidak henti2 aku beristighfar (sambil ngomel juga..), dari awal datang sampai pulang, kok dizalimi terus..

Soal salip menyalip mobil, cerita ini menjadi konsumsi harianku setiap suami pulang kerja dan melaporkan kejadian pandangan mata (maupun pengalaman pribadinya); ''Ma, mobil kita kebeset. Ma, tadi hampir tabrakan..bla. .bla..bla. ..'' Alhamdulillah, sejak ditugaskan di Bdg, kantornya cuma 10 langkah dari tempat nginapnya. Aku jadi agak tenang karena cerita2nya yang ngegemasin gak terdengar lagi. Lagian dia bisa lebih konsen cari duit hehe..n gak nambah dosa karena suka ngedumel di jalanan.

Aku berusaha memaklumi, aku berpikir mungkin ini adalah gambaran ketertindasan masyarakat yang berasal dari developing country (kalau tidak mau disebut negara miskin). Ketertindasan, tekanan, dan kemiskinan, membuat setiap orang seperti diharuskan selalu berkompetisi untuk bertahan hidup. I should be the first otherwise I will be left behind. Padahal terkadang tidak tahu apa yang sedang dikejar (seperti mobil nyerobot itu)..la wong nyerobot gak nyerobot, gak juga bakal bisa lebih cepat.

Masih ingat kan waktu SD dulu bahkan sampai SMP ya, kita disuguh buku2 teks betapa kesantunan dan keramahan bangsa Indonesia tidak tertandingi oleh bangsa manapun. Maka, sudah patutlah bangga menjadi warga Indonesia yang gemah ripa loh jenawi ini.

Dalam praktiknya, kesantunan dan kesopanan malah banyak aku temukan saat sekolah di negeri orang. Contoh kecil adalah bagaimana mereka yang (yang bule-bule n cakep lagi), dengan senyum tentu, menanti sabar sambil membukakan pintu untuk orang-orang yang hendak masuk dan keluar bersamaan dengan dirinya. Di sini? Adduh jangan ditanya deh, anakku hampir benjol gara-gara seseorang menutup pintu di sebuah bank dengan tergesa tanpa peduli dengan yang di belakangnya.

Belanja di warung, kita gak perlu jerit-jerit minta perhatian supaya didahulukan. Cukup tunggu giliran (pelayannya tahu aja tuh siapa yang datang lebih dulu). Jadi gak perlu cemas bakalan diserobot, bahkan jika ada kesalahan, orang yang seharusnya tidak dilayani lebih dulu, ngasih tunjuk kalau seharusnya sayalah (misalnya) yang harus didahulukan. Kalau di sini, malah mikir wah mumpung nih, bodo amat..

Kata "terima kasih" juga bukan sesuatu yang mahal. Dalam kondisi apapun, "terima kasih" atau sapaan "halo" n "hai" (kenal gak kenal) menjadi nyanyian indah di setiap tempat..

Pernah suatu kali suami terbang menggunakan air asia. Tahu dong, begitu mo boarding, semua calon penumpang tiba2 jadi sprinter ulung. Ada seorang ibu kelihatan sangat bergegas, pokoknya dia telah berhasil melewati beberapa orang. Kebetulan, dekat suami duduk sepasang bule dan melihat kejadian itu. Mereka bergumam; "That's Indonesian".

Pren, mengapa kita menjadi mahluk yang tidak sabar dan tidak lagi ramah.. kesantunan juga mulai mengikis..semoga ini sepenggal kejadian burukku di hari sabtu kemarin. Dan terima kasih sudah berbagi mengurangi rasa gemes sekaligus keprihatinan.
(Rafianti)

--------------

komen dari empunya blog :
Mohon pikirkan tulisan ini dengan baik-baik.
Camkan bahwa kita tidak pernah maju bila kelakuan kita sehari-hari masih seperti ini.