Search This Blog

Friday, February 29, 2008

Orang yang langka sekarang ini...

Selesai berlibur dari kampung, saya harus kembali ke Jakarta. Mengingat jalan tol yang juga padat, saya menyusuri jalan lama. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan.

"Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas. dia berlalu.

Begitu pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Lebih kurang 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami istri sepertinya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya.

"Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "Tak mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak atau Ibu." Molek budi bahasanya.

Pemilik restoran itupun tak melarang dia keluar masuk restorannya menemui pelanggan. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya.

Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Anak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi berdiri di tepi mobil.
Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan kaca jendela. Membalas senyumannya.

"Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kue saya untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali sambil tersenyum.

Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya.
"Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan meningkat mendadak.
Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya.

Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah terperanjatnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp 20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya. Saya terkejut, saya hentikan mobil, memanggil anak itu.
"Kenapa Bang, mau beli kue kah?" tanyanya.

"Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya.

"Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu.

"Abang mau beli semua kah?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Selepas dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan terus pergi. Saya perhatikan dia hingga hilang dari pandangan.

Dalam perjalanan, baru saya terpikir untuk bertanya statusnya. Anak yatim kah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidiknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuenya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjanya suatu penghormatan. Sesungguhnya saya kagum dengan sikap anak itu. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.

Sunday, February 24, 2008

Semangkok Bakmi

Pada malam itu, Sue bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Sue segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
Pemilik kedai melihat Sue berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu ia berkata "Nona, apakah engkau ingin semangkuk bakmi?"
"Tetapi, aku tidak membawa uang", jawab Sue dengan malu-malu.
"Tidak apa-apa. Aku akan mentraktirmu", jawab sang pemilik kedai. "Silakan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi dengan sepiring sayuran. Sue segera makan beberapa suap dan kemudian air matanya mulai berlinang. "Ada apa Nak?" tanya si pemilik kedai.
"Ah, tidak apa-apa. Aku hanya terharu" jawab Sue sambil mengeringkan air matanya. "Bahkan, seorang yang baru aku kenal pun mau memberi aku semangkuk bakmi! Tetapi, Ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, langsung mengusir aku dari rumah. Ibu mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah. Sebaliknya, engkau, orang yang baru aku kenal ternyata begitu peduli dengan keadaanku. Jauh berbeda jika dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri" ujar Sue yang ternyata tidak mampu membendung gejolak isi hatinya.

Pemiliki kedai itu, setelah mendengar perkataan Sue, tampak menarik nafas panjang dan kemudian berkata, "Nona, mengapa engkau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini. Aku hanya memberimu semangkuk bakmi, dan untuk itu engkau pun menjadi sangat terharu. Coba bayangkan, Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu semenjak engkau masih kecil hingga akhirnya beranjak dewasa. Mengapa engkau tidak berterima kasih kepadanya? Malah, engkau bertengkar dengan beliau".

Sue terhenyak mendengar perkataan tadi. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut ? Untuk semangkuk bakmi dari seseorang yang baru aku kenal, aku begitu berterima kasih. Tetapi kepada Ibuku yang telah memasak selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan, hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengan Ibu", renung Sue dalam hati.

Sue pun segera menghabiskan bakmi tersebut dengan cepat. Lalu, ia menguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus dia ucapkan kepada Ibunya. Akhirnya ia memutuskan untuk mengatakan "Ibu, aku minta maaf, aku tahu bahwa aku memang bersalah. Maafkan aku."

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ternyata sang Ibu telah mencari Sue ke semua tempat. Ketika ia bertemu dengan Sue, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Sue, cepatlah masuk. Ibu telah menyiapkan makan malam. Segeralah kamu makan makanan itu, akan menjadi dingin jika kamu tidak memakannya sekarang", ujar sang Ibu sambil tersenyum.

Pada saat itu, Sue tidak dapat menahan air matanya dan ia pun menangis sejadi-jadinya di pangkuan sang Ibu. "Ibu, maafkan aku" kata Sue sambil terisak.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk sebuah pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi, kepada orang yang sangat dekat kepada kita, khususnya orangtua kita, kita harus ingat bahwa kita hendaknya berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

Tuesday, February 19, 2008

Kisah Bajuri dan Malaikat.

Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan dagangannya di tepian Sungai Citarum. "Nyak nyak minyaaaaaaaak," teriaknya.

Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan botol minyak tergelincir ke Sungai Citarum. Plung... lap... Tenggelam deh gerobaknya...

Huuuuu... huuuu... menangislah dia... "Harus kuberi makan apa istriku nanti... huuu..."

Tiba-tiba seorang Malaikat yang baik hati muncul dan bertanya : "Hai, Bajuri ... Ada apa gerangankah sehingga engkau menangis begitu?"
Ternyata namanya BAJURI... tahu juga ya itu Malaikat...

"Oh, Malaikat, gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai ..."
"Baiklah ... aku akan ambilkan untukmu ..."

Tiba-tiba Malaikat itu menghilang dan muncul lagi dengan sebuah kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan...

"Inikah punyamu?" tanya Malaikat.
"Bukan... Gerobakku tidak sebagus itu... Mana mungkin penghasilan saya yang 6 juta sebulan bisa beli kereta kencana? Itu pun sudah ditambah komisi penjualan yang cuma sedikit"

Malaikat itu pun menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kereta perak dengan botol dari perunggu.

"Inikah punyamu?" tanyanya lagi.
"Bukan, hai Malaikat yang baik... Punyaku cuma dari besi biasa... botolnya juga botol biasa ..."

Lalu Malaikat itu pergi lagi... Dan kali ini kembali dengan gerobak dan botol Si Bajuri.

"Inikah punyamu?"
"Alhamdulillah... Benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telah mengambilkannya untukku".

Malaikat berkata, "Engkau jujur sekali, ya Bajuri. Untuk itu sebagai hadiah, aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu ..."

"???????? Alhamdulillah... Terima kasih ya Allah... Terima kasih ya Malaikat ..."

Moral of the story :
Hiduplah dengan kejujuran. Insya Allah dibalas dengan setimpal.

Friday, February 15, 2008

Kisah Rabita dan Tukang Sampah

Rabita disuruh mama buang sampah. Rabita membawa 1 kantung sampah yang penuh. Sewaktu dia lagi menaruh di bak sampah, datang tukang sampah yang kebetulan ada jadwal mengambil sampah. Rabita langsung melempar kantung sampahnya, menutup hidung dan langsung lari ke rumahnya.

Mama melihat hal itu dari balik jendela, lalu mama menghampiri Rabita, membelai rambut panjang rabita dan mencium kening Rabita, "Bita sayang, kemarin paman di komplek sebelah bercerita, 2 hari yang lalu sampah di rumahnya bertumpuk sebab tidak ada tukang sampah yang mengambilnya," kata mama.

"Kenapa begitu ma? Kenapa tukang sampah tidak ambil?" tanya Rabita.

"Sebab banyak tukang sampah pulang kampung menjelang idul fitri," jawab Mama.

"Karena banyak sampah, akhirnya banyak lalat di sekitar sana, lalu pak lurah menghimbau warga agar mengikat sampah dengan plastik kuat-kuat agar tidak menyebar baunya sehingga tidak mengumpul," lanjut Mama.

"Ternyata bila tanpa tukang sampah, lingkungan kita jadi berantakan," tukas Bita.

"Tukang sampah itu berjiwa mulia, Bita. Beliau-beliau itu mau melakukan tugas itu walaupun itu sangat bau dan jorok, bahkan mendapat hinaan dari orang lain," tambah Mama.

"Tapi Ma, mereka kerja karena mereka tidak ada pekerjaan lain, dan mereka memang digaji untuk itu," bantah Bita.

"Bita, setiap manusia ada harkat, derajat dan martabat. Kita tidak boleh hanya karena pekerjaan seseorang, kita langsung memandang rendah pada orang itu. Apalagi tukang sampah bukanlah pekerjaan yang diidamkan tiap orang, tapi tetap sama berharganya, malah mulia, tanpa mereka lingkungan kita terganggu," jelas Mama.

Lalu mama meninggalkan Rabita. Rabita mulai berpikir tentang perkataan Mama dan ia pun menyesali perbuatannya tadi.

Keesokan harinya, Rabita disuruh buang sampah lagi oleh mamanya. Kebetulan tukang sampah lewat. Kali ini rabita tidak melempar kantung sampahnya dan tidak menutup hidung. Diberikan senyuman pada tukang sampah sambil menyapa,"Pagi, pak!".

Tukang sampah membalas, "Pagi juga non, mari sini sampahnya kasih ke bapak".

"Terima kasih banyak yah pak, tanpa bantuan bapak, lingkungan sini tidak akan menjadi bersih,"kata Rabita.

"Ah, si non, biasa aja, ini kan sudah pekerjaan saya. Non masuk deh, nanti bau lagi kalo dekat-dekat bapak," lanjut tukang sampah.

"Pak, jangan begitu. Di mata Tuhan tidak ada beda, kita semua sama, walaupun bau tapi hati bapak begitu lapang dada." sahut Rabita.

"Saya permisi dulu non," kata tukang sampah dengan muka berseri-seri.

Mama tersenyum di balik jendela.

Tuesday, February 05, 2008

Sepuluh Tipe Cowok

1. Si Sombong
Pria semacam ini hobinya menyombongkan kelebihannya.Boleh aja sih Narsis,tapi kayaknya gak penting banget 1st date udah nyombongin deretan mobil yang ada digarasi, tempat-tempat yang pernah didatengin diluar negeri, atau berapa cewek yang pernah dikencani dalam beberapa waktu dini.Apalagi kalo sambil membandingkan sama orang lain, bisa-bisa pasangan date bisa menguap sebelum kencan berakhir.

2. Si Jorok
First date gak ada salahnya kok kerja keras buat merapihkan penampilan. Sisir rambut, dan jangan lupa mandi dan sikat gigi. Kayaknya gak perlu diajarin lagi deh kalo 1st date itu nentuin banget keberhasilan kencan-kencan berikutnya. Kalo kamu termasuk cowok cuek berbaju lecek,rambut berantakan,bau matahari, ya... jangan heran kalo dia menghindar diajak kencan bareng kamu lagi.

3. Si Kasar
Ketika makan diresto atau ngunjungin tempat umum, pastiin deh kalo Kamu bersikap ramah sama pelayan dan petugas parkir. Kalo kamu keliatan kasar, Arogan, dan emosional sama orang lain, pasti cewek mana juga bakalan mikir ribuan kali buat "jadi" sama kamu. Kita-kita bakalan mikir "Gila... sama orang lain aja kasar,gimana nanti sama gw?"

4. Si Pelit
Nah ini dia tipe yang paling dibenci sama cewek!!! padahal kan Gak Ada salahnya buat Traktir temen date anda dikencan pertama, bahkan sebagian cewek gak keberatan kok buat membagi dua tagihan bon restoran dengan anda. Tapi kalo dari awal udah keliatan perhitungan, harga diri kamu bakalan jatuh banget dimata 'kita'. Kita-kita gak bisa ngebayangin deh gimana jadinya hidup bersama pria yang semasa hidup cuma bisa menguntit tiap Rp uangnya.Biasanya kita bakalan nilai dari tempat makan pada 1st
date. Tau dirilah, masa iya kencan pertama makan diwarung pangsit??

5. Si Agresif
Jangan buru-buru menggandeng tangan kalo belom ada respon positif. Liat respon, cari sela, baru boleh bertindak. Maen gandeng sembarangan bisa kena tampar lho!! enak aja, baru kencan pertama udah megang2 kan gak etis. Bikin ill-feel ajah!!.

6. Si Penilai
Baru satu jam kencan kamu lalu berkata "oh, aku tau kamu itu tipe cewek yang...." Hehe kayaknya yang satu ini ditunda dulu deh sampe kencan ke-2 atau ke-3. Kalo penilaian kamu salah bisa bikin kita tersinggung lho!!

7. Si Ribet
Kencan pertama tuh saatnya saling mengenal.Tapi Apa jadinya yah kalo kamu sibuk sama telepon dan sms? Kalo emang kamu gak bisa memusatkan perhatian sama dia, mungkin aja sebenarnya kamu gak tertarik padanya.
kalo emang serius ya udah, tinggalkan sejenak keribetan anda ketika sedang bersamanya.

8. Si Bussinesman
Baru kenal udah ngomongin bisnis terus. Ya MLM lah Bisnis lah... kapan romantisnya? bisa-bisa kencan yang romantis jadi ajang bisnis. Gak ada salahnya bersemangat mengembangkan bisnis, tapi pilih waktu yang tepat buat menceritakan semua itu dan bukan dikencan pertama. kenali dia lebih jauh dulu sebelum menawarkan bisnis apa yang cocok buat dia.

9.Si gugup
Gak mau natap teman kencannya, kalo bicara terbata-bata, nggal fokus kalo diajak bicara, nah ini dia tanda sigugup. Wanita senang sama cowok yang percaya diri. Yakinkan pada diri sendiri kalau semuanya akan baik-baik saja.

10. Si tukang mengeluh
Dikit-dikit ngeluh Pusinglah, pilek, capek, bos marah-marah, semua serba susah. Lama-lama pasangan date bakalan Bt dengerin keluhan-keluhan kamu.. hei, it's first date bukan konsultasi psikolog. Capek deh...