Search This Blog

Friday, February 10, 2012

Aku Bahagia

Lupakan sejenak derita kita, lalu katakan "Aku bahagia" saat itu juga kita akan merasa bahagia.

Tak ada yang berubah disekeliling kita, namun kita bisa bahagia.

Langkah pertama menemukan bahagia adalah dengan melupakan derita.

Wednesday, February 08, 2012

Cinta....Sepenggal Bait Tak Ter-artikan

Seperti sebuah tiupan angin, lembut dan mengantarkan kesejukan.
Angin, sesuatu hal yang abstrak tapi ketika dia sudah bertindak kasar, jangankan segundukan gunung pasir yang tinggi, bahkan gedung angkuh dan menara pencakar langit bisa luluh lantak tanpa sisa.

Demikian pula cinta, ia ditakdirkan sebagai satu benda tanpa bentuk, nama untuk beragam perasaan, judul untuk semua gemuruh hati, muara dari berjuta makna, wakil dari harapan tak terkira, kekuatan tak terartikan.

Kisah itu pun bermuara pada jatuh cinta, suatu peristiwa paling penting dalam sejarah kepribadian manusia sepanjang masa.

Cinta, mampu mengubah seorang pengecut jadi pemberani, yang pelit jadi dermawan, yang malas jadi rajin, yang pesimis jadi optimis, yang kasar jadi lembut, yang lemah jadi kuat.

Cinta merajut emosi manusia, begitu agung bahkan rumit sekaligus.

Maka syair Rabiah al adawiyah, Rumi, Iqbal Tagore, Kahlil Gibran, sampai legenda Romeo dan Juliet, Siti Nurbaya, Cinderella menjadi begitu abadi tersimpan di dalam lembar sejarah hidup manusia.

Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis karena cinta yang melatarinya... seperti Gibran yang kadang terasa menikmati Sayap-sayapnya yang Patah.

Sebuah kisah dari sang raja yang galau karena sang putra mahkotanya
ternyata seorang pemuda, apatis, dan tak berbakat.
Suatu saat raja mencoba mengubah pribadi putranya dengan kata kunci: "The
power of love". Sang raja kemudian mendatangkan gadis-gadis cantik ke
istananya. Istana pun seketika berubah menjadi taman: semua bunga mekar di
sana. Dan terjadilah sesuatu yang diharapkan, putranya jatuh cinta dengan
seseorang diantara mereka. Tapi kepada gadis itu raja berpesan,"Kalau
puteraku menyatakan cinta padamu, bilang padanya ,"Aku tidak cocok
untukmu, Aku hanya cocok untuk seseorang raja atau seseorang yang berbakat
menjadi raja.

" Benar saja, putera mahkota seketika tertantang. Maka ia pun mempelajari segala
hal yang harus diketahui oleh seorang raja dan ia pun melatih diri menjadi
seorang raja. Dan seketika luar biasa, bakat seorang raja meledak dalam
dirinya. Ia bisa, ternyata ia bisa! Dan semua karena cinta.

Cinta telah bekerja dalam jiwanya, sempurna. Dan memang selalu begitu,
mengali jiwa manusia ke dalam, terus mendalam, sampai mata air keluhuran
hati ditemukannya. Maka dari sana menyeruak luar biasa semua potensi
kebaikan dan keluhuran dalam dirinya. Dari sana, mata air keluhuran
mengalir deras, membanjir dan desak mendesak hingga bermuara pada
perbaikan watak dan penghalusan jiwa.

Cinta membuat manusia jadi manusia, dan memperlakukan manusia ditempat kemanusiaan yang tinggi.

Kalau cinta kita kepada Allah membuat kita mampu memenangkan Allah dalam
segala hal, maka cinta kepada manusia, hewan, tumbuhan atau apa saja,
mendorong kita mempersembahkan semua kebaikan yang diperlukan untuk yang
kita cintai. Dengan kata lain, cinta suci harus mampu membawa sesuatu yang
dicintai pada kebaikan, pada hakikat cinta sejati, pada cinta Allah yang
abadi. Jatuh cinta membuat manusia merendah, tapi sekaligus bertekad penuh
untuk menjadi lebih terhormat.

"Kamu takkan pernah sanggup mendaki sampai ke puncak gunung iman, kecuali
dengan satu kata: cinta. Imanmu hanyalah kumpulan keyakinan semu dan beku,
tanpa nyawa, tanpa gerak, tanpa daya hidup, tanpa daya cipta. Kecuali
ketika ruh cinta menyentuhnya. Seketika ia hidup, bergeliat, bergerak
tanpa henti, penuh vitalitas, penuh daya cipta, bertarung dan mengalahkan
diri sendiri, angkara murka dan syahwat." (Annis Matta)

Seperti itu pulalah cinta bekerja ketika harus memenangkan Allah atas diri
sendiri dan yang lain, atau memenangkan iman atas syahwat.

Sebuah kisah pemuda kufa ahli ibadah, hingga suatu saat ia jatuh cinta
pada seorang gadis, dan cintanya berbalas. Bahkan ketika lamaran sang
pemuda ditolak karena sang gadis telah dijodohkan dengan saudara
sepupunya, mereka tetap nekat. Gadis itu bahkan menggoda kekasihnya,"Aku
datang padamu, atau kuatur cara supaya kamu bisa menyelinap ke rumahku",
begitu penjelasan sesatnya.

"Tidak! Aku menolak kedua pilihan itu. Aku takut pada neraka yang nyalanya
tak pernah padam!" itu jawaban sang pemuda sekaligus membuat sang gadis
terhenyak. Pemuda itu memenangkan iman atas syahwatnya dengan kekuatan
cinta. "Jadi dia masih takut pada Allah?", gumam sang gadis. Seketika ia
tersadar, dan tiba-tiba dunia terasa kerdil di hadapannya. Ia pun bertaubat dan kemudian mewakafkan diri untuk beribadah. Tapi cintanya pada pemuda tidak mati. Cintanya berubah menjadi rindu yang berkelana dalam jiwa dan do'a-do'anya. Tubuhnya luluh latak didera rindu, dan akhirnya ia meninggal.

Sang pemuda terhentak. Itu mimpi buruk. Gadisnya telah pergi membawa semua
cintanya. Maka kuburan sang gadislah tempat ia mencurahkan rindu dan
do'a-do'anya. Sampai suatu saat ia tertidur di atas pusara sang gadis.
Tiba-tiba sang gadis hadir dalam tidurnya, cantik, sangat cantik.
"Apa kabar? Bagaimana keadaanmu setelah kepergianku", tanya
sang gadis.
"Baik-baik saja. Kamu sendiri di sana bagaimana,"jawabnya sembari balik
bertanya. "Aku di sini dalam surga yang abadi, dalam nikmat hidup tanpa
akhir." Jawab sang gadis. "Do'akan aku, jangan pernah lupa padaku. Aku
selalu ingat padamu. Kapan aku bisa bertemu denganmu", tanya pemuda lagi.
"Aku tidak pernah lupa padamu. Aku selalu berdo'a agar Allah menyatukan
kita di surga, teruslah ibadah. Sebentar lagi engkau akan menyusulku,"
jawab sang gadis. Hanya tujuh malam setelah mimpi itu, sang pemuda pun
menemui ajalnya. Atas nama cinta, ia memenangkan Allah atas dirinya
sendiri, atas nama cinta pula Allah akan mempertemukan mereka, dan cinta
bekerja dengan cara itu.

Tersebutlah kisah Umar bin Abdul Azis, seorang ulama, seorang mujtahid. Ia
besar di lingkungan istana megah bani Umayyah, dan hidup dengan gaya hidup
mereka bukan gaya hidup ulama. Shalat jama'ah pun kadang ditinggalkannya,
lantaran belum selesai menyisir rambut. Tapi begitu ia menjadi khalifah,
ia pun bertaubat. Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan mengubah dinasti
bani Umayyah. "Aku takut pada neraka", katanya menjelaskan rahasia
perubahannya pada Al-Zuhri.

Ia memulai perubahan besar dalam dirinya, istrinya, anak-anaknya, keluarga
kerajaan, hingga seluruhnya. Kerja keras, walaupun hanya 2 tahun 5 bulan
tapi membuahkan hasil luar biasa. Ia berhasil menggelar keadilan,
kemakmuran dan kejayaan serta nuansa kehidupan zaman Khulafa'ur Rasyidin

Tapi semuanya ada harganya, fisiknya anjlok..Saat itulah istrinya datang
membawa kejutan besar; ia menghadiahkan seorang gadis kepada suaminya
untuk dinikahi. Seorang gadis yang sudah lama dicintai dan sangat diinginkannya, begitu pun sebaliknya sang gadis.
Ironisnya, Fatimah istrinya, tidak pernah mengizinkan, atas nama cinta
dan cemburu. T
api sekarang justru sang istrinyalah yang membawa hadiah kepadanya. Fatimah
hanya ingin memberikan dukungan moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu biru.
Kenangan romantika sebelum perubahan, bangkit kembali dan menyalakan api
cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwa. Tapi saat cinta hadir di
jalan pertaubatannya, ketika cita-cita perubahan belum usai ditunaikan.
Cinta dan cita bertemu muka dan bertarung dalam pelataran hati sang Pembaharu.

Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi, "Tidak! Ini
tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya
kembali kepada dunia perasaan semacam itu," kata Umar.

Cinta yang terbelah dan tersublimasi di antara kesadaran hingga berakhir
di puncak keagungan.
Umar memenangkan cinta yang lain., karena memang ada cinta di atas cinta.
Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar,
gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah
cinta itu sekarang?. " Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab,
"Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!" .

Cinta di atas cinta, dan adakah yang lebih mulia cintanya dari suatu Zat
yang begitu mencintai kita?, yang tak pernah meninggalkan kita di saat kita galau dan bimbang. Cinta, semuanya atas nama cinta, bukanlah suatu
hal yang salah apalagi tercela. Ia mampu mengangkat manusia menduduki
posisi paling agung, ketika sang manusia mampu menempatkannya pada posisi
terhormat di relung hatinya.

Allah memberikan kesempatan pada kita untuk menghirup dunia ini, itu atas
cinta Allah pada kita. Allah telah menciptakan kita begitu sempurna,
memberikan kita raga begitu rupa, memberikan kita waktu begitu raya,
memberikan semuanya begitu berharga. Allah pulalah yang selalu di sisi
kita, melihat kita, mendengar kita, membimbing kita menuntun kita walau
kita kadang luput untuk mengingat-Nya. Allah pulalah yang selalu hadir
dalam kesendirian kita, di saat kita tersudut dalam keperihan, di saat kita terpuruk dalam kedukaan, di saat semua lupa pada kita. Allah pulalah satu-satunya yang tak pernah mengecewakan kita atas sesuatu hal yang kita harap. Allah-lah satu satunya yang Maha Pemberi terbaik bagi hamba-hambanya. Begitu besarnya cinta Allah kepada kita, tak tertandingi seluas langit dan bumi pun. Apakah kita, manusia, masih mampu menggantikan cinta-Nya dengan seorang hamba manapun yang lemah dan papa.....?

Bola Kaca dan Bola Karet

Brian Dyson, mantan CEO Coca Cola, pernah menyampaikan pidato yang sangat menarik. Katanya, "Bayangkan hidup itu seperti pemain akrobat dengan lima bola di udara.
Kita bisa menamai bola-bola itu dengan sebutan:
- pekerjaan
- keluarga
- kesehatan
- sahabat, dan
- semangat

Kita harus menjaga semua bola itu tetap di udara dan jangan sampai ada yang terjatuh.

Kalaupun situasi mengharuskan Anda melepaskan salah satu di antara lima bola tersebut, lepaskanlah "pekerjaan" karena pekerjaan adalah BOLA KARET.

Pada saat Anda menjatuhkan nya, suatu saat ia akan melambung kembali.

Namun empat bola lain seperti Keluarga, Kesehatan, Sahabat, dan Semangat adalah BOLA KACA.

Jika Anda menjatuhkannya, akibatnya bisa sangat fatal!"

Kemudian, Dyson mencoba mengajak kita hidup secara seimbang.

Pada kenyataannya, kita terlalu menjaga pekerjaan (bola karet).
Bahkan kita mengorbankan keluarga, kesehatan, sahabat, dan semangat demi menyelamatkan bola karet tersebut.

Contohnya:
- Demi uang atau pekerjaan, kita mengabaikan keluarga,
- Demi meraih sukses dalam pekerjaan, kita tidak memperhatikan kesehatan,
- Demi uang atau pekerjaan, kita rela menghancurkan hubungan dengan sahabat baik.

Bukan berarti pekerjaan tidak penting! Tapi jangan sampai uang atau pekerjaan menjadi "berhala" dalam hidup kita.

Ingat, kalaupun kita kehilangan, uang selalu bisa dicari lagi.
Tapi jika keluarga sudah "terjual", ke mana kita bisa membelinya lagi?
Apakah kita bisa membeli sahabat?
Apakah kesehatan kita bisa kembali normal, jika kita terkena penyakit kritis?

Mari teman-teman, jaga agar prioritas hidup kita tetap seimbang! Keep up d spirit n success....
Allah  bless us all!