Search This Blog

Saturday, January 26, 2013

Andai aku bisa membesarkan anak-anakku sekali lagi.

•Andai saja waktu bisa diputar kembali & aku diberi kesempatan sekali lagi untuk membesarkan anak-anakku dengan lebih baik.

•Yang pertama akan kubangun adalah harga dirinya sebagai pondasi kesuksesan hidup mereka kelak.

•Aku akan lebih banyak melukis dengan jari-jariku bersamanya daripada memarahi dengan menudingkan jari-jariku kepada mereka.

•Aku akan mengurangi koreksi & cercaan, & menjalin ikatan kasih sayang dengan mereka...

•Aku akan berhenti menghitung jam yang telah terlewati, & aku akan mulai mengisi kebersamaan dengan mereka di tiap detiknya.

•Aku tidak akan mempedulikan masalah yang terjadi, namun aku akan berusaha lebih peduli pada perasaan mereka berkaitan dengan masalah itu.

•Akan kudaki lebih banyak gunung & menerbangkan lebih banyak layang-layang bersama mereka.

•Aku akan berhenti bersikap serius, & mulai bersungguh-sungguh menikmati permainan bersama mereka.

•Aku akan lebih banyak berlari & memandang bintang-bintang bersama mereka.

•Aku akan lebih banyak memeluk daripada mengabaikan mereka.

•Aku akan lebih melihat sosok besar masa depan dalam tubuh mereka yang kecil.

•Akan kukurangi sikap kaku dalam diriku & lebih banyak menguatkan cita-cita mereka.

•Aku tidak akan menggunakan kekuatan untuk mendapatkan cintanya, tapi akan kugunakan kekuatan cintaku untuk mendapatkan hati mereka..

Pesan Moril:
Bagi yang belum terlambat, selamat memulai.
Sementara bagi yang sudah terlewat, usahakan mengubah diri, mulai dari saat ini.

Sunday, January 06, 2013

Sikap dalam kehidupan

Konon ada seorang Professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana sang Professor berjumpa dengan seseorang yang tak mungkin ia lupakan, namanya Ralph, yang diberi tugas menjemputnya di bandara.

Ketika berada di bandara, Ralph sering menghilang. Ada saja yang dilakukannya; ia membantu seorang wanita tua yang kopernya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas, ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar.

Setelah itu, ia selalu kembali ke sisi sang Professor dengan tersenyum lebar.
Waktu di dalam mobil, mereka bercakap cakap.

"Dari mana anda belajar melakukan semuanya itu?" tanya sang professor.
"Melakukan apa ?" tanya Ralph.
"Dari mana anda belajar bersikap seperti ini ?!" desak sang Professor.
"Oh….", kata Ralph,"Selama perang, saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal.”

Lalu ia bercerita sewaktu ditugaskan di Vietnam. Ia dan timnya bertugas membersihkan ladang ranjau dan harus menyaksikan satu persatu teman-temannya tewas terkena ledakan ranjau.

"Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah," katanya. "Selalu tegang di setiap langkah, saya tidak tahu apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir bagi saya. Yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat kaki dengan aman adalah mensyukuri langkah sebelumnya. Saya kira sejak itulah, saya menjalani kehidupan seperti ini. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, anugerah baru, dan kesempatan baru.”

❖ KEMULIAAN HIDUP tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.
❖ NILAI MANUSIA tidak ditentukan oleh bagaimana cara ia mati, tapi bagaimana cara ia hidup.
❖ KEKAYAAN MANUSIA bukan apa yang ia telah peroleh, tapi apa yang ia telah bagikan.

“Nikmatilah setiap langkah hidup, karena setiap langkah hidup kita adalah anugerah Sang Khalik”

Wednesday, January 02, 2013

Evaluasi diri

Seorang bocah laki-laki datang ke sebuah telepon umum. Karena kurang tinggi, dia ambil kardus di dekat situ dan naik di atasnya sehingga bisa menekan tombol angka di telepon koin itu.
Penjual koran di sebelahnya, memperhatikan tingkah laku si Bocah, tertarik menguping percakapan teleponnya.
Bocah : "Ibu, bisakah saya dapat pekerjaan memotong rumput di halaman rumah ibu?"
Ibu (di ujung telepon) :  "Saya sudah punya orang untuk mengerjakannya.."
Bocah : "Ibu bisa bayar saya setengah dari upah orang itu."
Ibu : "Tapi saya sudah sangat puas dengan hasil kerja orang itu dik."
Bocah (dengan sedikit memaksa) : "Saya juga akan menyapu pinggiran trotoar ibu dan saya jamin di hari Minggu rumah ibu akan jadi yang tercantik dari semua rumah lingkungan Ibu."
Ibu : "Tidak dik, terima kasih."

Bocah itu menaruh gagang telepon dgn senyum di wajahnya. Si Bapak penjual koran yg dari tadi mendengarkan kemudian menghampiri bocah itu.
Bapak : "Nak, aku suka sikap dan semangatmu. Aku ingin menawarkanmu pekerjaan.."
Bocah : "Tidak Pak.. Terima kasih.."
Bapak : "Tapi tadi kedengarannya kamu sangat menginginkan pekerjaan?"
Bocah : "Oh... itu, saya cuma mau mengecek apa pekerjaan saya sudah bagus. Saya sendiri yang bekerja untuk Ibu tadi."

Pernahkah kita mengevaluasi hasil kerja kita? Apakah hasilnya sesuai, melebihi atau di bawah harapan? Sayangnya sedikit dari kita yang mau meluangkan waktu untuk mengevaluasinya.

Semoga di tahun baru ini, dapat membuat kita berubah menjadi lebih baik.