Search This Blog

Thursday, March 19, 2009

Jalan Menjadi Pencinta-Nya

Ada kalanya hidup tidak berjalan sebagaimana kita harapkan. Gelombang ujian dan cobaan seakan tak henti menerpa. Dari yang hanya membuat kita tertegun sejenak hingga yang menjadikan kita terkapar tak berdaya karenanya. Pedih dan getir pun menjadi rasa yang tertuai.

Saudaraku, yang perlu terus kita yakini bahwa getirnya hidup tidaklah menandakan rahmat Allah telah sirna. Perihnya cobaan, bukanlah isyarat bahwa kemurkaan Allah sedang menggelayuti kehidupan ini.

Sebaliknya, getir dan perihnya rasa yang kita alami itu, dapat menjadi tanda bahwa Allah sedang menghapus dosa-dosa yang pernah kita perbuat. Karena ada dosa yang tidak bisa dihapuskan kecuali oleh rasa getir dan perih. Ada dosa yang tak terhapus hanya oleh air mata penyesalan. Ketika pedihnya terasa, disanalah dosa akan terampuni. Saat getirnya membuncah, disitulah kesucian akan tertuai. Hasilnya, hati pun menjadi tenang dan keberkahan hidup menjadi jaminan.

Atau bisa jadi, itu semua menjadi tanda bahwa kita sedang dipersiapkan untuk menerima nikmat yang lebih besar, yaitu menjadi kekasih Allah atau para pencinta-Nya. Dan untuk menjadi para pencinta-Nya, haruslah siap diuji. Itu adalah harga yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Sebuah keniscayaan yang telah menjadi sunatulllah-Nya.

Kita harus siap-siap digerinda, yang merupakan syarat untuk bisa dekat pada Allah. Gerindaan yang berbentuk ujian dan cobaan, akan terus-menerus menghampiri. Ia tidak akan hilang hingga segala karat-karat dosa kita, terkikis olehnya.

Seperti buah kelapa, untuk dapat diambil santannya, ia harus dijatuhkan terlebih dahulu dari pohonnya yang tinggi. Kemudian, kulitnya harus dikelupas dengan paksa hingga tak tersisa lagi. Setelah bersih, ia lalu dibelah menjadi beberapa bagian. Setelah itu, potongan-potongan kelapa tersebut lalu diparut hingga hancur dan hanya menyisakan ampasnya. Apakah telah selesai? Tentu saja belum, karena ampas kelapa itu akan diperas hingga keluarlah santan, yang disana manfaatnya baru terasa.

Begitu juga sifat dari cobaan dan ujian. Ia akan terus melumat dan menghancurkan segalanya, hingga yang tersisa adalah bagian-bagian dari diri kita yang secara kualitas, telah siap menjadi para pencinta-Nya.

Karena itu, saat gerinda telah datang, segeralah bertobat agar tak hanya pintu tobat yang terbuka, namun status menjadi pencinta-Nya pun akan menjadi milik kita. Tetapi bila gerinda itu belum tiba, jangan terlena olehnya. Tetaplah mendekatkan diri pada-Nya dengan selalu menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dalam hidup kita.


----------sumber:cyberMQ.com
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

Sunday, March 01, 2009

SAMBUTAN HANGAT LIMA BELAS MENIT

Saya keluar dari Bandara Internasional O'Hare di kota Chicago dan bergegas menuju taxi yang sudah menunggu. Saya disambut dengan seorang sopir taxi dengan janggut lebat, memakai topi baseball dan tangan kekar bertato.

Ketika melemparkan kopor saya ke dalam bagasi mobil, dia membaca kartu nama yang ditempel di kopor dan berkata, "Anda dokter apa?"

"Dokter hewan," jawab saya. Segera, wajahnya yang kaku mencair berubah menjadi sebuah senyuman. Hal ini selalu dihadapi oleh dokter hewan, karena orang-orang senang membicarakan hewan piaraan mereka.

Pintu ditutup, dia mengoper gigi mobil dan membuka percakapan, "Istri saya mengklaim kalau saya lebih mencintai Missy anjing pudel saya, lebih daripada mencintainya. Dia ingin agar saya menyambut dia seperti saya menyapa Missy. Tapi dokter, hal itu tidak mungkin dilakukan. Anda tahu, ketika saya pulang setelah seharian berada di kursi mobil, begitu lelah, saya membuka pintu rumah dan ada dua yang menyambut saya, yaitu Ma, istri saya dan Missy. Wajah Ma sangat kusut dan siap melampiaskan semua amarahnya. Sebaliknya, Missy yang ada disampingnya, sibuk menggoyangkan ekor dan tubuhnya, sangat gembira dan tidak sabar untuk menemui saya - senyumnya sangat lebar. Sekarang coba dokter pikirkan, siapa yang pertama kali akan saya dekati?"

Saya menganggukkan kepala menyetujui pendapatnya karena saya sangat memahami situasi yang dihadapinya. Dia mencintai istrinya, tapi dia hanya butuh kesempatan untuk menerima lima belas menit sambutan hangat dari Missy anjing pudelnya.

Setiap orang menginginkan sambutan hangat saat pulang ke rumah. Dan para pemilik hewan piaraan selalu mendapat lima belas menit sambutan hangat saat pulang ke rumah - bahkan saat kembali dari kamar sebelah.

Beberapa hari setelah bertemu dengan sopir taksi di Chicago, saya pulang. Saya sangat lelah setelah perjalanan panjang ini dan sangat rindu bertemu keluarga saya.

Dalam perjalanan pulang saya mengintip dari jendela mobil, mencari-cari orang-orang yang saya cintai. Dua anak saya, Mikkel dan Lex yang walaupun sangat dengat dengan ayahnya, tetapi saya tidak melihat wajahnya mengintip di jendela menyambut saya. Atau bahkan istri tercinta saya, Teresa, sangat mustahil membayangkan seperti kejadian yang ada di filem, berlari dengan gerak lambat melintasi halaman rumah dengan tangan terbuka untuk siap untuk memeluk.

Tetapi saya tidak kecewa. Saya tahu masih punya yang saya inginkan, yaitu dua pahlawan saya yang setia, Scooter, anjing fox terrier dan Sirloin, anjing labrador retriever warna hitam legam.

Begitu saya sampai depan pagar, Sirloin dan Scooter sudah ribut tidak sabar untuk menjemput saya. Mata mereka berbinar-binar gembira dan mengibas-ngibaskan ekor dengan lincah.

Apakah ini hanya sebuah kebiasaan rutin atau sambutan tulus untuk saya? Apakah kemudian saya diam saja, acuh tak acuh, atau bahkan tidak memperdulikannya?

Kenyataannya, saya melupakan semua aturan itu. Saya segera keluar mobil dan tidak sabar bergegas memeluk Scooter dan Sirlon dengan bulu-bulu lembutnya.

Saya menerima sambutan hangat mereka dengan membuang semua basa-basi dan aturan protokoler. Saya menjadi diri sendiri, yang kelebihan berat badan, dengan kepala pening, kelelahan karena perjalanan panjang - semua itu sama sekali tidak menjadi masalah. Scooter dan Sirloin datang dengan membawa pertolongan emosional dan membiarkan saya merasakan kehangatan sambutan serta keceriaannya dalam waktu yang benar-benar saya butuhkan. Saya sungguh puas dengan penyambutan mereka.

Saya senang meluangkan saat-saat pribadi di rumah saya sendiri. Saya tersenyum dan menaikkan suara saya satu oktaf dan berseru, "Sirloin, kamu gagah sekali ya?" dan "Scooter, kamu hari ini tidak bandel khan? Kamu cantik sekali!"

Mereka menanggapi dengan menggoyangkan tubuhkan gembira, dan menggelayutkan serta berputar-putar diantara kaki saya. Saya merasa mendapat aliran tenaga baru. Kegembiraan saya pulih ketika melihat tingkah mereka memberikan sambutan hangat. Ya, saya senang sekali bisa pulang kembali!

Setelah itu saya menapaki anak tangga masuk ke dalam rumah untuk menemui keluarga dengan hati yang terbuka, beban yang lenyap dan semangat yang telah pulih karena sambutan hangat lima belas menit oleh Scooter dan Sirloin.

---------------------------
(Oleh Marty Becker)