Ada cerita tentang seorang tukang yang telah bekerja puluhan tahun dan ingin pensiun.
Ketika ia pamit, kontraktor yang mempekerjakannya memintanya membuatkan sebuah rumah lagi.
Si tukang yang sudah sangat ingin pensiun, tak begitu senang mendapat
tugas terakhir ini. Maka, ia bekerja setengah hati. Ia tak
sungguh-sungguh memilih material maupun mengerjakan bagian-bagiannya.
Pokoknya ia ingin segera selesai dan bebas tugas.
Maka, rumah itu tak memiliki kualitas terbaik yang sebenarnya bisa ia
berikan. Begitu rumah itu jadi, segera ia serahkan kuncinya kepada si
kontraktor.
Namun, si kontraktor mengembalikannya lagi kepada si tukang, dengan
ucapan, “Terimalah, rumah ini adalah hadiah untukmu dan keluargamu.”
Betapa menyesal si tukang, sebab jika ia tahu rumah itu akan ia tempati, pasti ia membangunnya dengan cara yang sangat berbeda!
Kehidupan yang kita bangun tiap-tiap hari, ibarat rumah yang kelak akan
kita tinggali. Maka bahan dan cara yang kita pakai saat membangun,
merupakan tanggung jawab dan pilihan pribadi kita.
Pertanyaannya, sudahkah kita selalu memberi pemikiran terbaik, usaha
terbaik, serta keputusan terbaik dan ikhlas ketika membangun hidup ini,
sehingga kita mencapai tujuan yang dikehendaki Tuhan?
Kita tak ingin menyesal melihat hidup kita di akhir kelak, mari kita memulai segalanya dengan melihat tujuan akhir.
Mari capai tujuan akhir kita dengan pengabdian terbaik setiap hari!
HIDUP MENCAPAI TUJUAN TERBAIK KETIKA HATI MAU MEMPERSEMBAHKAN YANG TERBAIK...