Di suatu senja tampak Mak Belon celingak-celinguk di halaman rumahnya. Ia kelihatan bingung seperti sedang mencari sesuatu. Tetangga yang melihat tingkah laku Mak Belon pun menjadi ikut resah. Mereka akhirnya tak tahan untuk tidak mendekatinya.
"Mak Belon barangkali kami bisa menbantu. Rasanya anda sedang mencari sesuatu?"
"Terima kasih," sahut Mak Belon, "aku sedang kehilangan sebuah jarum."
Para tetangga menjadi maklum. Mak Belon memang seorang penjahit, tentu saja sebuah jarum mempunyai arti yang sangat penting baginya. Apalagi mungkin ia harus menyelesaikan pekerjaannya malam ini.
Dalam sekejap saja para tetangga mulai bergerombol di halaman rumah Mak Belon. Seluruh halaman mereka sisir jengkal demi jengkal namun jarum itu tak jua mereka temukan.
Tak sabar akhirnya seorang dari mereka berujar, "Mak Belon, hari semakin gelap kita harus segera bisa menemukannya. Mungkin anda bisa menunjukkan di daerah sekitar mana jatuhnya jarum tersebut sehingga kita bisa menjadi lebih terarah?"
Dengan lugu Mak Belon menjawab : "Jarum tersebut sebenarnya jatuh di dalam rumah, bukan di halaman ini. Karena keadaan di dalam rumah agak gelap sedang di halaman jauh lebih terang. Kupikir dengan mencari di luar kita akan lebih mudah menemukannya!".
Serentak para tetangga terperangah, geli bercampur dongkol. Bagaimana mungkin jarum yang hilang di dalam rumah dicarinya di halaman. "Dasar......!" gerutu para tetangga.
Cerita diatas atau versi sejenis mungkin sudah pernah anda baca.
Pertama kali saya membaca cerita ini, saya hanya menanggapinya sebagai humor semata. Mungkin andapun akan terbahak-bahak menanggapinya, mungkin pula anda tersenyum simpul atau bahkan tak bereaksi apapun. Tapi anda yang mempunyai "kesadaran" tentu akan tersenyum kecut.
Cerita ini merupakan adaptasi dari cerita Rabiah Al-Adawiah, seorang mistik sufi wanita.
Cerita ini merupakan sindiran kepada kita semua, saya dan anda yang tak sadar, yang mencari "jarum kehidupan" di luar diri kita. Kalau jarum Mak Belon berfungsi menyatukan kain-kain menjadi pakaian, "jarum kehidupan" bukanlah sembarang jarum. Jarum ini berfungsi menjahit cara pandang kita pada kehidupan yang beraneka ragam menjadi satu kesadaran yang utuh.
Kitab suci dari agama apapun pasti memuat ayat yang esensinya menyatakan "carilah jarum kehidupan di dalam dirimu". Tetapi kita semua sudah terbiasa mencarinya di luar diri kita. Entah memang tak sadar atau sadar tapi pura-pura tidak tahu.
Memang cahaya yang ada diluar sungguh lebih terang bila dibanding pelita yang ada di dalam hati kita, pelita yang ada di dalam diri kita.
Sekarang beranikah anda meniti ke dalam diri dengan setitik cahaya ini?
"Mak Belon barangkali kami bisa menbantu. Rasanya anda sedang mencari sesuatu?"
"Terima kasih," sahut Mak Belon, "aku sedang kehilangan sebuah jarum."
Para tetangga menjadi maklum. Mak Belon memang seorang penjahit, tentu saja sebuah jarum mempunyai arti yang sangat penting baginya. Apalagi mungkin ia harus menyelesaikan pekerjaannya malam ini.
Dalam sekejap saja para tetangga mulai bergerombol di halaman rumah Mak Belon. Seluruh halaman mereka sisir jengkal demi jengkal namun jarum itu tak jua mereka temukan.
Tak sabar akhirnya seorang dari mereka berujar, "Mak Belon, hari semakin gelap kita harus segera bisa menemukannya. Mungkin anda bisa menunjukkan di daerah sekitar mana jatuhnya jarum tersebut sehingga kita bisa menjadi lebih terarah?"
Dengan lugu Mak Belon menjawab : "Jarum tersebut sebenarnya jatuh di dalam rumah, bukan di halaman ini. Karena keadaan di dalam rumah agak gelap sedang di halaman jauh lebih terang. Kupikir dengan mencari di luar kita akan lebih mudah menemukannya!".
Serentak para tetangga terperangah, geli bercampur dongkol. Bagaimana mungkin jarum yang hilang di dalam rumah dicarinya di halaman. "Dasar......!" gerutu para tetangga.
Cerita diatas atau versi sejenis mungkin sudah pernah anda baca.
Pertama kali saya membaca cerita ini, saya hanya menanggapinya sebagai humor semata. Mungkin andapun akan terbahak-bahak menanggapinya, mungkin pula anda tersenyum simpul atau bahkan tak bereaksi apapun. Tapi anda yang mempunyai "kesadaran" tentu akan tersenyum kecut.
Cerita ini merupakan adaptasi dari cerita Rabiah Al-Adawiah, seorang mistik sufi wanita.
Cerita ini merupakan sindiran kepada kita semua, saya dan anda yang tak sadar, yang mencari "jarum kehidupan" di luar diri kita. Kalau jarum Mak Belon berfungsi menyatukan kain-kain menjadi pakaian, "jarum kehidupan" bukanlah sembarang jarum. Jarum ini berfungsi menjahit cara pandang kita pada kehidupan yang beraneka ragam menjadi satu kesadaran yang utuh.
Kitab suci dari agama apapun pasti memuat ayat yang esensinya menyatakan "carilah jarum kehidupan di dalam dirimu". Tetapi kita semua sudah terbiasa mencarinya di luar diri kita. Entah memang tak sadar atau sadar tapi pura-pura tidak tahu.
Memang cahaya yang ada diluar sungguh lebih terang bila dibanding pelita yang ada di dalam hati kita, pelita yang ada di dalam diri kita.
Sekarang beranikah anda meniti ke dalam diri dengan setitik cahaya ini?